Pengukuran
Asas semua cabang ilmu pengetahuan adalah
pengamatan atau observasi. Pengamatan besaran fisika umumnya dinyatakan secara
kuantitatif atau pengukuran. Kumpulan hasil pengukuran yang diperoleh dari
berbagai sumber diolah dan disintesiskan menjadi sebuah model atau teori dari
suatu gejala alam. Agar berguna, teori harus mampu menerangkan semua peristiwa
alam yang dikenal dan dapat meramalkan berbagai hal baru yang benar tidaknya
dibuktikan dengan percobaan dan pengukuran baru.
Jika suatu ketika hasil kajian tidak sesuai
dengan ramalan teori, maka perlu verifikasi atau bahkan gugurlah teori itu.
Dengan demikian peranan eksperimen sebagai balikan untuk suatu
teori. Perkembangan ilmu sifatnya dinamis dan terbuka sehingga peranan
pengukuran sangat penting untuk menunjang pertumbuhan dan perkembangan ilmu
murni maupun ilmu terapan.
Istilah-Istilah Dalam
Pengukuran
Untuk menentukan suatu besaran secara
kualitatif maka diperlukan instrumen atau alat ukur, dimana instrumen ini akan
membantu manusia mengetahui suatu besaran atau variabel yang tidak diketahui.
Untuk menggunakan instrumen secara tepat diperlukan pemahaman tentang
prinsip-prinsip kerjanya dan mampu memperkirakan apakah instrumen tersebut sesuai
untuk pemakaian yang telah direncanakan.
Dalam pengukuran, digunakan sejumlah istilah
yang akan dipakai pada pembahasan berikutnya, antara lain :
a. Instrumen/alat
ukur : Suatu alat yang digunakan untuk menentukan nilai atau besarnya suatu kuantitas
atau variabel.
b. Ketelitian
(accuracy) : Adalah nilai yang hampir sama atau terdekat dengan
pembacaan instrumen terhadap nilai yang sebenarnya dari
variabel yang diukur.
c. Ketepatan
(precision) : Adalah ukuran kemampuan untuk mendapatkan hasil pengukuran
yang secara berulang dari pengulangan pengukuran yang dilakukan. Atau merupakan
suatu ukuran tingkatan yang menunjukkan perbedaan hasil pengukuran pada
pengukuran yang dilakukan secara berurutan.
d. Sensitivitas
(Sensitivity) : Rasio antara sinyal keluaran atau respon instrumen
terhadap perubahan masukan atau variabel yang diukur.
Angka-Angka
Berarti (Penting)
Angka-angka berarti (significant figures)
memberikan informasi yang aktual (nyata) terhadap ketepatan pengukuran.
Banyaknya angka berarti menunjukkan tingkat atau derajat ketepatan suatu
pengukuran, sebagai contoh : 2 buah tahanan
masing-masing 68 W dan 68,0 W ini berarti
tahanan pertama memiliki 2 angka penting dan tahanan kedua memiliki 3 angka
penting. 68 W memiliki ketepatan yang lebih rendah daripada
68,0 W .
Dari contoh di atas terlihat bahwa betapa
pentingnya angka penting dalam suatu hasil pengukuran.Untuk menuliskan hasil
pengukuran yang tepat maka terlebih dahulu disajikan contoh-contoh operasi
angka penting.
a. Operasi Penjumlahan
Contoh :
Dua buah tahanan R1 dan R2 dihubungkan
secara berderet (seri). Pengukuran masing-masing dengan menggunakan
jembatan Wheatstone menghasilkan : R 1 =
18,7 W dan R 2 =
3,624 W. Tentukan tahanan total sampai beberapa angka berarti yang
memenuhi (sesuai).
Penyelesaian :
R1 = 18,7 W (tiga
angka berarti)
R2 = 3,624 W (lima
angka berarti)
RT = R1 + R2 = 22,324 W (empat
angka berarti) = 22,3 W
Angka-angka yang dicetak miring untuk
menunjukkan bahwa pada penjumlahan R1 dan R2, ketiga
angka terakhir merupakan angka-angka yang meragukan. Dalam hal ini tidak ada
gunanya untuk menggunakan dua angka terakhir (2 dan 4) sebab salah satu tahanan
hanya diteliti sampai tiga angka yang berarti atau sepersepuluh ohm.
Bila dua atau lebih pengukuran dengan tingkat
ketelitian yang berbeda dijumlahkan, maka hasilnya hanya seteliti pengukuran
yang paling kecil ketelitiannya.
b. Operasi perkali
Banyaknya angka-angka yang berarti dalam
perkalian bisa bertambah dengan cepat, tetapi sekali lagi diingatkan bahwa yang
diperlukan dalam jawaban hanya angka-angka berarti yang memenuhi.
Contoh :
Untuk menentukan penurunan tegangan, arus
sebesar 3,18 A dialirkan melalui sebuah tahanan 35,68W. Tentukan penurunan
tegangan pada tahanan tersebut sampai angka-angka berarti yang memenuhi.
Penyelesaian :
E = IR = (3,18) x (35,68) = 113,4624 =
113 V
Karena didalam perkalian tersebut terdapat
tiga angka yang berarti (yaitu 3,18), maka jawaban hanya dapat
dituliskan maksimal dalam tiga angka yang berarti. Operasi pengurangan dan
pembagian sama dengan aturan penjumlahan dan perkalian dalam hal penulisan
angka penting.
Jenis-Jenis
Kesalahan
Tidak ada pengukuran yang menghasilkan
ketelitian yang sempurna, tetapi adalah penting untuk mengetahui ketelitian
yang sebenarnya dan bagaimana kesalahan yang berbeda digunakan dalam
pengukuran. Langkah pertama yang diperlukan untuk menguranginya adalah
mempelajari kesalahan-kesalahan tersebut; dimana dari hal ini juga dapat
ditentukan ketelitian hasil akhir.
Kesalahan-kesalahan dapat terjadi karena
berbagai sebab dan umumnya dibagi dalam tiga jenis, yaitu :
1. Kesalahan-kesalahan
umum (gross-errors): kebanyakan disebabkan oleh kesalahan manusia,
diantaranya adalah kesalahan pembacaan alat ukur, penyetelan yang tidak tepat
dan pemakaian instrumen yang tidak sesuai, dan kesalahan penaksiran.
2. Kesalahan-kesalahan
sistematis (systematic errors): disebabkan oleh kekurangan-kekurangan
pada instrumen sendiri seperti kerusakan atau adanya bagian-bagian yang aus dan
pengaruh lingkungan terhadap peralatan atau pemakai.
3. Kesalahan-kesalahan
yang tak disengaja (random errors): diakibatkan oleh
penyebab-penyebab yang tidak dapat secara langsung diketahui sebab
perubahan-perubahan parameter atau sistem pengukuran terjadi secara acak.
Masing-masing kelompok kesalahan ini akan
dibahas secara ringkas dengan menyarankan beberapa metode untuk memperkecil
atau menghilangkannya.
a. Kesalahan-Kesalahan Umum
Kelompok kesalahan ini terutama disebabkan
oleh kekeliruan manusia dalam melakukan pembacaan atau pemakaian instrumen dan
dalam pencatatan serta penaksiran hasil-hasil pengukuran. Selama manusia
terlibat dalam pengukuran, kesalahan jenis ini tidak dapat dihindari; namun
jenis kesalahan ini tidak mungkin dihilangkan secara kesuluruhan, usaha untuk
mencegah dan memperbaikinya perlu dilakukan. Beberapa kesalahan umum dapat
mudah diketahui tetapi yang lainnya mungkin sangat tersembunyi.
Kesalahan umum yang sering dilakukan oleh
pemula adalah pemakaian instrumen yang tidak sesuai. Umumnya
instrumen-instrumen penunjuk berubah kondisi sampai batas tertentu setelah
digunakan mengukur sebuah rangkaian yang lengkap, dan akibatnya besaran yang
diukur akan berubah. Sebagai contoh sebuah voltmeter yang telah dikalibrasi
dengan baik dapat menghasilkan pembacaan yang salah bila dihubungkan antara dua
titik di dalam sebuah rangkaian tahanan tinggi (contoh 1.3); sedang bila
voltmeter tersebut dihubungkan ke sebuah rangkaian tahanannya rendah,
pembacaannya bisa berlainan bergantung pada jenis voltmeter yang
digunakan (contoh 1.4). Contoh-contoh
berikut menunjukkan bahwa voltmeter menimbulkan sebuah “efek pembebanan”
(loading effect) terhadap rangkaian, yakni mengubah keadaan awal
rangkaian tersebut sewaktu mengalami proses pengukuran.
Contoh :
Sebuah voltmeter dengan kepekaan (sensitivity)
1000 W/volt membaca 100 volt pada skala 150 V bila dihubungkan di antara
ujung-ujung sebuah tahanan yang besarnya diketahui. Tahanan ini dihubungkan
secara seri dengan sebuah miliampermeter. Bila miliampermeter membaca 5 mA,
tentukan (a) tahanan yang terbaca, (b) nilai tahanan actual dari tahanan yang
diukur, (c) kesalahan karena efek pembebanan voltmeter.
Penyelesaian :
a. Tahanan
total rangkaian adalah :
Dengan mengabaikan tahanan miliampermeter,
harga tahanan yang tidak diketahui adalah Rx = 20 kW
b. Tahanan
voltmeter adalah :
Karena voltmeter tersebut paralel terhadap
tahanan yang tidak diketahui, kita dapat menuliskan
c. Persentase
kesalahan adalah :
Contoh :
Ulangi contoh 1.3 jika miliampermeter
menunjukkan 800 mA dan voltmeter menujukkan 40 V pada skala 150 V.
Penyelesaian :
a. Tahanan
total rangkaian adalah :
b. Tahanan
voltmeter adalah :
c. Persentase
kesalahan adalah :
Kesalahan-kesalahan yang disebabkan oleh efek pembebanan
voltmeter dapat dihindari dengan menggunakan alat tersebut secermat mungkin.
Misalnya, sebuah voltmeter yang tahanannya kecil tidak akan digunakan untuk
mengukur tegangan-tegangan didalam sebuah penguat tabung hampa. Untuk
pengukuran khusus seperti ini diperlukan sebuah voltmeter dengan impedansi
masukan yang tinggi (misalnya VTVM atau TVM).
Kesalahan-kesalahan umum dalam jumlah besar
dapat dikenali dari keteledoran atau kebiasaan-kebiasaan yang buruk, seperti :
pembacaan aktual yang diambil, atau penyetelan instrumen yang tidak tepat.
Pandang sebagai contoh sebuah voltmeter rangkuman ganda menggunakan satu papan
skala dengan angka-angka (tanda yang berbeda untuk setiap rangkuman). Dalam hal
ini adalah mudah untuk menggunakan sebuah skala yang tidak bersesuaian terhadap
penyetelan sakelar pemilih rangkuman voltmeter tersebut. Kesalahan umum juga
dapat terjadi bila instrumen tersebut tidak dikembalikan ke angka nol sebelum
melakukan pengukuran dan akibatnya semua pembacaan menjadi salah.
Kesalahan-kesalahan seperti ini tidak dapat
dinyatakan secara matematis tetapi hanya dapat dihindari dengan menggunakan
pembacaan yang cermat dan juga pencacatan data pengukuran yang benar. Hasil
yang baik memerlukan pembacaan lebih dari satu kali, atau mungkin dengan
pengamat yang berbeda. Dalam hal ini kita sama sekali tidak boleh bergantung
pada satu pembacaan saja, tetapi paling harus melakukan tiga pembacaan yang
terpisah. Yang lebih disukai adalah pembacaan pada kondisi-kondisi dengan
pengubahan instrumen-instrumen dari keadaan mati ke keadaan hidup (off-on).
b. Kesalahan Sistematis
Jenis kesalahan ini dapat dibagi dua bagian
yakni :
(1). Kesalahan
instrumental (instrumental error) yaitu jenis kesalahan yang tidak dapat
dihindarkan dari instrumen karena akibat struktur mekanisnya. Misalnya tarikan
pegas yang tidak teratur, pembebanan instrumen secara berlebihan. Atau
kesalahan kalibrasi akibatnya pembacaan yang tidak tepat. Kesalahan
instrumental dapat dihindari dengan cara (i). ketepatan memilih instrumen yang
sesuai peruntukannya, (ii) menggunakan faktor-faktor koreksi setelah mengetahui
banyaknya banyaknya kesalahan instrumental, (iii) Kalibrasi instrumen dengan
instrumen standar (baku).
(2). Kesalahan karena
lingkungan (environmental errors) yakni jenis kesalahan akibat dari
keadaan luar yang berpengaruh terhadap instrumen, seperti efek perubahan suhu,
kelembaban udara, tekanan udara luar, atau medan elektromagnetik.
Kesalahan sistematis dapat pula dibagi atas
kesalahan statis dan kesalahan dinamis. Contoh mikrometer bila diberi tekanan
yang berlebihan untuk memutar poros menyebabkan kesalahan statis. Kesalahan
dinamis akibat ketidakmampuan instrumen untuk memberikan respon yang cepat bila
terjadi perubahan dalam variable yang diukur.
c. Kesalahan-kesalahan acak
(random errors)
Kesalahan-kesalahan ini diakibatkan oleh
penyebab yang tidak diketahui dan terjadi walaupun semua kesalahan-kesalahan
sistematis telah diperhitungkan. Kesalahan-kesalahan ini biasanya hanya kecil
pada pengukuran yang telah direncanakan secara baik; tetapi menjadi penting
pada pekerjaan-pekerjaan yang memerlukan ketelitian tinggi, misalkan suatu
tegangan akan diukur oleh sebuah voltmeter yang dibaca setiap setengah jam.
Walaupun instrumen dioperasikan pada kondisi–kondisi lingkungan yang sempurna
dan telah dikalibrasikan secara tepat sebelum pengukuran, akan
diperoleh hasil-hasil pembacaan yang sedikit berbeda selama periode
pengamatan. Perubahan ini tidak dapat dikoreksi dengan cara kalibrasi apapun
dan juga oleh cara pengontrolan yang ada. Cara satu-satunya untuk membetulkan
kesalaha ini adalah dengan menambah jumlah pembacaan dan menggunakan cara-cara
statistik untuk mendapatkan pendekatan paling baik terhadap harga yang
sebenarnya.
Analisis
Statistik (Statistical Analysis)
Analisis statistik terhadap data pengukuran
adalah pekerjaan yang bisa sebab dia memungkinkan penentuan ketidakpastian
hasil pengujian akhir secara analisis. Hasil dari suatu pengukuran dengan
metode tertentu dapat diramalkan berdasarkan data contoh (sample data) tanpa
memiliki informasi (keterangan) yang lengkap mengenai semua faktor-faktor
gangguan. Agar cara-cara statistik dan keterangan yang diberikannya
(interpretasi) bermanfaat, biasanya diperlukan sejumlah pengukuran
yang banyak. Juga dalam hal ini, kesalahan-kesalahan sistematis harus
kecil dibandingkan terhadap kesalahan-kesalahan acak; sebab
pengerjaan data secara statistik tidak dapat menghilangkan suatu prasangka
tertentu yang selalu terdapat dalam semua pengukuran.
a. Nilai Rata-Rata
Nilai yang mungkin dari suatu variabel yang
diukur adalah nilai rata-rata dari semua pembacaan yang
dilakukan. Pendekatan paling baik akan diperoleh bila jumlah pembacaan
untuk suatu besaran sangat banyak. Secara teoritis, pembacaan yang banyaknya tak
berhingga akan memberikan hasil paling baik, walaupun dalam prakteknya hanya
dapat dilakukan pengukuran yang terbatas.
b. Penyimpangan Terhadap
Nilai Rata-Rata
Penyimpangan (deviasi) adalah selisih antara
suatu pembacaan terhadap nilai rata-rata dalam sekelompok pembacaan. Jika
penyimpangan pembacaan pertama x1 adalah d1,
penyimpangan pembacaan kedua x2 adalah d2, dan
seterusnya, maka penyimpangan-penyimpangan terhadap
nilai
rata-rata adalah :
Perlu dicatat bahwa penyimpangan nilai
rata-rata boleh positif atau negatif dan jumlah aljabar semua penyimpangan
tersebut harus nol. Contoh 1.5 menunjukkan perhitungan penyimpangan (deviasi).
Contoh 1.5 :
Satu rentetan pengukuran arus yang tidak
saling bergantungan dilakukan oleh enam pengamat dan menghasilkan 12,8 mA; 12,2
mA; 12.5mA; 13.1mA; 12.9 mA dan 12.4
mA. Tentukan (a) nilai rata-rata, (b) deviasi terhadap nilai rata-rata.
Penyelesaian :
(a). Dengan menggunakan persamaan
1.1 nilai rata-rata adalah :
(b). Dengan menggunakan persamaan
1.2, penyimpangan-penyimpangan adalah :
Dari sini dapat dilihat bahwa jumlah aljabar
semua penyimpangan adalah nol.
c. Simpangan rata-rata
Deviasi rata-rata adalah suatu indikasi
ketepatan instrumen yang digunakan untuk pengukuran. Instrumen-instrumen yang
ketepatannya tinggi akan menghasilkan deviasi rata-rata yang rendah.
Menurut definisi, deviasi rata-rata adalah penjumlahan nilai-nilai mutlak dari
penyimpangan-penyimpangan dibagi dengan jumlah pembacaan.
Penyelesaiaan :
d. Deviasi Standar
Deviasi standar (root–mean–square) merupakan
cara yang sangat ampuh untuk menganalisis kesalahan-kesalahan acak. Secara
statistik, deviasi standar dari jumlah data terbatas didefinisikan sebagai akar
dari penjumlahan semua penyimpangan (deviasi) setelah dikuadratkan dibagi
dengan banyaknya pembacaan. Secara matematis dituliskan :
Tentunya dalam praktek, jumlah pengamatan yang
mungkin adalah terbatas. Deviasi standar untuk sejumlah data terbatas adalah :
Suatu pernyataan lain yang sesungguhnya
besaran yang sama adalah variansi (mean square deviation) yang besarnya sama
dengan kuadrat deviasi standar, yaitu :
Variansi (V) = mean square deviation = s2 .
1.6 KESALAHAN-KESALAHAN
YANG MUNGKIN (PROBABILITY OF ERRORS)
Distribusi Kesalahan Normal
Ditunjukkan sebuah daftar dari 50 pembacaan
tegangan yang dilakukan pada selang waktu yang singkat dan dicatat pada setiap
kenaikan 0,1 Volt. Tegangan nominal secara grafik dalam bentuk sebuah diagram
balok atau histogram dengan jumlah pengamatan digambarkan terhadap masing-masing
pembacaan tegangan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar